Kamis, 09 Juli 2015

10 Cara Agar Baterai Tetap Berkualitas

Baterai tahan lama dengan kualitas prima adalah dambakan semua orang.

Coba amati, selama ini cukup seringkah ponsel Anda berkontak dengan sinar matahari secara langsung, misalnya seperti ketika Anda letakkan di jok mobil atau menancap di bracket untuk menjadi pemandu jalan.

Kian sering terkena panas, artinya kian mengurangi kualitas baterai (termasuk beberapa komponen ponsel selain baterai).

Ada 10 cara yang bisa Anda lakukan mulai sekarang demi menjaga baterai agar tetap berkualitas dan kinerjanya terjaga.

1. Mengisi-ulang baterai secara benar

Baterai-baterai jenis Lithium Ion (Li-Ion) maupun Polymer (Li-Po) memiliki karakter masing-masing yang berbeda. Polymer banyak digunakan untuk produk seperti tablet, sementara Li-Ion paling banyak dipakai oleh smartphone. Li-Po bentuknya lebih fleksibel dan lebih ringan ketimbang Li-Ion.

Namun demikian, Li-Po jika energinya sudah benar-benar habis (apalagi jika ponsel lama tak terpakai) maka akan sangat mudah kehilangan dayanya. Li-Ion lebih banyak digunakan karena secara produksi harganya lebih murah ketimbang Li-Po. Tetapi Li-Ion tak sefleksibel Li-Po.

Cara mengisi baterai yang baik adalah ketika kapasitasnya tinggal 20-50 persen. Di atas 50 persen, baterai masih dalam kondisi optimal menyuplai energi. Pastikan agar jangan benar-benar sampai habis, atau overcharging. Kelebihan masa charging terutama pada baterai Li-Ion akan membuat sel-sel baterai berubah bentuk.

2. Matikan mode getar (vibrate)

Mode getar biasanya jadi satu-satunya opsi ringtone ketika Anda berada di area khusus seperti bioskop, ruang rapat, dll. Kalau hanya sekadar dalam tempo tertentu, mungkin tidak masalah sejauh hanya untuk mengurangi ketidaknyamanan pemakaian ringtone suara. Tetapi tidak untuk jangka lama.

Apalagi jika Anda padukan dengan ringtone suara. Nada getar atau vibrate membutuhkan tenaga ekstra. Bandingkan jika Anda hanya menggunakan suara yang dihasilkan oleh speaker ponsel, dimana hasilnya akan jauh lebih menghemat baterai. Karena itu, lebih baik matikan feature vibrate, apalagi jika menyala secara bersamaan dengan nada dering suara.

3. Kurangi level terang (brightness) layar

Dari keseluruhan aktivitas pemakaian baterai, layar smartphone adalah komponen yang perlu pasokan tenaga terbesar. Penggunaan material layar seperti AMOLED sebenarnya sudah cukup mengurangi konsumsi baterai, tetapi di sisi lain, banyak aplikasi justru menjadi pemboros tenaga. Beberapa solusi sebenarnya sudah disiapkan oleh vendor.

Dari sekadar mengatur tingkat kecerahan, memberi opsi Auto-brightness di mana layar akan mulai berkurang level terangnya ketika persentase baterai mulai menurun, hingga opsi men-switch layar dari berwarna ke hitam putih. Tetapi Anda bisa melakukan inisiatif dengan mulai menyesuaikan tingkat kecerahan layar dengan mata Anda. Jika tidak perlu sampai level keterangan yang tinggi, dan sebaiknya dikurangi.

4. Persingkat aktivitas layar

Lagi-lagi layar adalah komponen paling prioritas karena tingkat pemakaian energinya paling besar. Seringkali ketika tidak terpakai, layar menyala terus bahkan jauh lebih lama ketimbang saat Anda gunakan sebelumnya.

Hal ini jelas pembiaran yang sangat tidak efisien. Banyak orang tidak memahami betapa boros energinya saat layar menyala tak terpakai. Karenanya, mulailah melakukan kebiasaan mengunci (lock) layar begitu sudah tidak digunakan. Seting durasi timeout layar sependek mungkin.

5. Matikan ponsel ketika tak terpakai

Saat melakukan penguncian layar (lock) memang bisa menambah daya tahan baterai. Tetapi cara yang paling signifikan adalah mematikan ponsel ketika benar-benar tidak sedang digunakan atau saat Anda sedang tidak ingin diganggu oleh ponsel maupun urusan lain. Misalnya saat tidur atau sedang rapat amat penting.

Mematikan ponsel sama dengan mengistirahatkan performa baterai untuk sementara waktu. Hal ini berbeda dengan membiarkan baterai mati sendiri yang justru sangat mungkin malah membuat daya baterai berkurang. Jika seperti ini kondisinya, akan dapat membuat baterai tidak dalam kondisi normal.

6. Matikan aplikasi yang tidak digunakan

Berapa aplikasi yang sering Anda gunakan secara aktif dan digunakan secara bersamaan? Biasanya aplikasi media sosial dan chatting adalah aplikasi yang sering digunakan. Anda mungkin tidak sadar, bahwa ketika menambah satu aplikasi sesungguhnya ia mulai mengonsumsi baterai. Apalagi jika aplikasi-aplikasi dengan ukuran file besar seperti game.

Hal ini akan diperparah jika ketika Anda selesai menggunakannya lalu tidak segera Anda non-aktifkan dan berpindah ke aplikasi lain. Aplikasi yang tidak dimatikan (termasuk quiet) sebenarnya terus bekerja. Ini karena ponsel memiliki kemampuan multitasking.

Namun, karena itu pula baterai terus tersedot. Sesekali Anda perlu cek ke opsi pengaturan Apps. Jika masih ada yang berhari-hari (bahkan berminggu-minggu) tetap menyala sebaiknya lakukan Force Stop. Atau Anda bisa gunakan aplikasi tambahan seperti Advanced Task Killer.

7. Matikan mode GPS

Bagaimana mungkin GPS menyala, sedangkan Anda tidak pernah memakai peta seperti Google Maps? Ada beberapa aplikasi yang meminta aktivasi GPS, misalnya foto, pesan taksi atau ojek, cek-in Facebook, dll. Jika sesekali ketika Anda sedang menggunakan Go-jek atau GrabTaxi ini tidak akan menjadi masalah.

Tetapi ketika saat Anda tidak membutuhkannya, segera lakukan non-aktif GPS. Sinyal dari sensor GPS akan melakukan kontak dengan satelit secara terus-menerus meski Go-jek pun tidak aktif. Pengiriman dan penerimaan sinyal ini perlu energi yang cukup tinggi, sama halnya dengan kinerja jaringan seluler ponsel. Setidaknya ponsel melakukan kontak dengan tiga satelit.

8. Matikan Bluetooth, Wi-Fi, 3G/4G saat tak digunakan

Salah satu tugas ponsel adalah melakukan kontak nirkabel tanpa henti baik jaringan seluler (ponsel ke BTS), Wi-Fi (ponsel ke modem), Bluetooth (ponsel ke peraangkat sejenis), atau bahkan NFC. Anda bisa bayangkan konsumsinya jika semua dalam kondisi aktif.

Mereka bekerja melakukan koneksi, kendati sinyal buruk, atau bahkan saat tidak melakukan pairing. Wi-Fi akan mendeteksi hotspot-hotspot di sekelilingnya yang terjangkau. Dengan BTS, ponsel mencari jaringan terbaik, artinya jika Anda berpindah posisi mungkin BTS yang terhubung sudah berubah pula. Ini karena ponsel bekerja terus. Apalagi jika menggunakan frekuensi 3G atau 4G, ponsel seperti di-push untuk menambah kinerjanya. Begitu melakukan downlink atau uplink, baterai makin bekerja keras.

9. Minimalkan notifikasi

Semakin tinggi penggunaan mobile internet seperti email, WhatApp, game, maupun aplikasi lain yang membutuhkan update, semakin sering pula notifikasi masuk. Artinya, kebutuhan baterai juga makin tinggi. Apalagi jika Anda aktifkan ringtone berupa mode getar. Makin banyak notifikasi yang masuk sekaligus itu juga memperlihatkan betapa tingginya pemakaian komputasi di ponsel Anda. Jelas, baterai harus bekerja ekstra untuk hal ini.

10. Jaga suhu baterai

Baterai bekerja optimal justru saat berada di lingkungan yang lebih sejuk. Terlalu dingin juga tak baik buat baterai. Jika pun terpaksa, gunakan berbagai cara untuk melindungi ponsel agar tidak terjadi kontak langsung dengan sinar matahari seperti misalnya menutupinya dengan benda lain.

sumber: chip.co.id