Secara teori semakin banyak inti prosesor yang digunakan, maka semakin baik performanya. Sayangnya itu hanyalah teori, dan teori dapat salah ketika diaplikasikan di lapangan.
Pada kenyataannya, performa suatu perangkat dipengaruhi oleh banyak faktor, dan jumlah inti dari prosesor yang digunakan hanyalah satu dari banyak faktor itu.
Sebut saja iPhone 6 yang menggunakan prosesor dual-core, namun performanya dapat mengalahkan perangkat Android yang menggunakan prosesor octa-core.
Mengapa demikian?
Di balik jumlah inti prosesor dan kecepatannya, terdapat beberapa faktor yang sangat mempengaruhi performa sebuah perangkat. Faktor tersebut di antaranya adalah memory bandwidth, latency, serta kemampuan untuk mengeksekusi sebuah thread.
Semua faktor tersebut berpengaruh pada performa sebuah perangkat yang dihitung dengan satuan instruction per cycle (IPC). Semakin besar IPC maka dipastikan semakin kencang performa sebuah perangkat.
IPC memang jarang sekali disebutkan dalam tabel spesifikasi sebuah perangkat. Namun itulah yang dikejar oleh Apple selama ini. Mereka memang tak mau mengikuti jejak para kompetitor lainnya, seperti MediaTek dan Qualcomm yang hanya mengejar penambahan jumlah inti prosesor tanpa mempertimbangkan IPC-nya.
Hasilnya, iPhone 6 lebih unggul dalam hal performa ketimbang perangkat Android yang menggunakan prosesor octa-core.
Selain jumlah IPC, optimalisasi sistem operasi dan software pendukung lainnya juga sangat berpengaruh pada performa sebuah perangkat mobile. Pernah, kan, Anda membeli ponsel Android yang awalnya sangat kencang tapi seiring berjalannya hari ia terasa makin lelet?
Dalam kasus iPhone 6 di atas, Apple memang memiliki keuntungan tersendiri. Selain mereka merancang SoC sendiri, mereka juga membuat sistem operasi sendiri, sehingga mereka dapat dengan leluasa mengoptimalkan performa setiap perangkat mereka dengan mudah.
Berbeda dengan Apple, kebanyakan perangkat Android menggunakan SoC yang dibuat oleh perusahaan lain (seperti Qualcomm dan MediaTek). Sistem operasinya pun menggunakan basis sistem operasi yang dibuat oleh Google, sehingga produsen perangkat seperti LG, Sony, Samsung, dan lain-lain tak bisa leluasa mengoptimalisasi berbagai perangkat mereka. Hal tersebut tentu akan berpengaruh pada performa sebuah perangkat.
sumber: metrotvnews