Prosesor dual-core belum tentu dapat dikalahkan dengan prosesor quad-core.
Berkat teknologi Hyper-threading, jumlah core tersebut secara logical tetap terdeteksi quad-core, meskipun secara fisik hanya memiliki dua inti saja. Benarkah?
Jumlah core tidak lagi dapat menjadi parameter sebagai penentu performa prosesor. Pasalnya, teknologi Hyper-Threading yang diusung Intel, mampu menduplikasikan jumlah core secara logical.
Dengan begitu, prosesor yang memiliki dua inti pun akan dideteksi sebagai prosesor quad-core pada sistem operasi.
Tidak hanya terdeteksi, inti prosesor logical tersebut juga dapat membantu menyelesaikan perintah-perintah yang diberikan oleh pengguna, sehingga pekerjaan pun lebih cepat selesai.
Untuk membuktikannya, CHIP menguji dua prosesor mobile yang berbeda karakteristik. Prosesor pertama memiliki empat inti prosesor, namun tidak menggunakan teknologi Hyper-threading. Sedangkan sisanya, hanya dibekali dengan dua inti prosesor, namun disertai dengan teknologi Hyper-threading.
Cinebench adalah aplikasi benchmark untuk menguji performa CPU dalam me-render gambar 2D dan 3D. Metode yang digunakan, yakni pengujian menggunakan GPU (OpenGL) dan CPU multi-core. Dapat dilihat, CPU Non-Intel meski memiliki empat core, performa komputasi dalam hal me-render jauh di bawah Intel Core-i3 (dual-core).
Dalam Pengujian menggunakan DEAD SPACE 3, Intel i3-3217 dengan HD 4000 mampu mengungguli performa prosesor Quad Core non-Intel dengan HD 8280M, fps yang dihasilkan oleh HD 4000 rata-rata di atas 30fps, sudah cukup nyaman untuk memainkan game ini.
sumber:
chip.co.id